Selasa, 14 Agustus 2012

KONSENTRASI KRITIS MISEL


BAB I  PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Praktikum ini adalah percobaan yang berhubungan dengan penentuan konsentrasi yaitu konsentrasi kritis misel (kkm). Konsentrasi kritis misel itu sendiri diproleh dari terbentuknya misel. Lalu apakah misel itu? Misel merupakan suatu yang dihasilkan dari penggabungan (agregasi) dari ion-ion surfaktan yang merupakan zat pengaktif permukaan. Banyak kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan fenomena permukaan-antarmuka. Misalnya proses pembersihan kotoran pada pakaian, dan peralatan rumah tanggga, menulis pada kertas dengan menggunakan tinta, air dijaga agar tidak penetrasi kedalam daun oleh suatu senyawa hidrofobik menyerupai lilin yang terdapat dipermukaan daun. Fenomena permukaan-antarmuka juga banyak dimanfaatkan pada proses-proses industri, seperti industri tekstil, plastik dankaret sintetik, pigmen, agrokimia, farmasi, kosmetik, pangan, teknik sipil. Dalam bidang-bidang tersebut, surfaktan digunakan sebagai emulsifier, dispersant, wetting agnt, foaming dan anti foaming agent, dan lain-lain. Dengan terbentuknya misel, sifat-sifat larutan akan berubah secara mandadak, seperti tegangan permukaan-antarmikanya, viskositasnya, daya hantar listrik, dan lain-lain, sehingga dapat dimanfaatkan dengan maksud penelitian.

1.2    Tujuan Praktikum
Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan konsentrasi kritis misel dari gelatin pada pelarut air dan untuk menentukan harga entalpinya.



BAB II  TINJAUAN PUSTAKA

2.1       MSDS ( Materials Safety Data Sheet)

·         Gelatin
Gelatin atau biasa disebut dengan agar-agar ini merupakan produk yang diperoleh dari proseshidolisis parsial dari kolagen yang berasal dari kulit, jaringan ikan putih, dan tulang hewan. Hal tersebut tidak dianggap berbahaya dibawah Hazard Federal Communications Standard (29CFR 1910-1200). Gelatin Innovations’ agar-agar daalah makanan kelas, dan umumnya diakui sebagai safe (GRAS).
Wujud atau bentuk dari gelatin ini sendiri sangat ringan dan bubuknya berwarna jerami. Gelatin ini mudah larut dalam air panas dan larut pula dalam air dingin dengan membentuk jelas cahaya ambar solusi. Gelatin dalam keadaan bubuk akan mulai membusuk pada temperature 1000C atau dalam kata lain titik didih gelatin terletak pada temperature 100oC. Gelatin akan mengalami pembakaran sempurna pada suhu 5000C. Gelatin mempunyai sifat tidak mudah terbakar. Agar-agar atau gelatin mempunyai sifat stabil serta tidak tunduk pada polimerisasi berbahaya, serta tidak kompatibel dengan oksidator kuat(NN,2009).
Gelatin tidaklah berbahaya atau beracun. Tidak akan menyebabkan resiko jika terkena hirup, tertelan, atau bersentuhan dengan kulit ataupun mata. Tetapi hal tersebut jika dalam skala yang kecil. Apabila berkontak langsung dengan organ tubuh dalam skala yang banyak jika tertelan akan menyebabkan gastro-intestinal marah, jika terkena kulit tidak terdapat efek samping dan jika terkena mata juga tidak ada efek samping tetapi debu dapat menyebabkan iritasi mekanis. Untuk keamanan, gelatin seharusnya disimpan di wadah yang tertutup rapat dan diletakkan di tempat yang sejuk, kering dan daerah yang berventilasi karena akan melindunginya dari kerusakan fisik. Wadah bahan ini bisa berbahaya bila dalam keadaan kosong karena mereka memperthahankan produk residu (debu,padatan). Untuk pertimbangan pembuangan wadah gelatin bahwa apa pun yang tidak dapat disimpan untuk pemulihan atau daur ulang harus dikelola dalam fasilitas pembuangan limbah yang sesuai dan disetujui. Pemrosesan, penggunaan atau kontaminasi produk ini dapat mengubah pilihan-pilihan pengelolaan limbah(NN,2009).
·         Aquades
Akuades memiliki nama IUPAC Dihydrogen monoxide, atau Oxidaneleh mikroba dengan rumus molekul H2O. Akuades tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada keadaan standar. Akuades memiliki kerapatan 1000 kg m-3, dengan titik leleh 0°C dan titik didih 100°C (www.sciencestuff.com/msds/C1498.html) .
2 . 2     Konsentrasi Kritis Misel (KKM)
Zat pengaktif permukaan (surfaktan) bersifat sebagai zat terlarut normal  dalam Larutan encer,. Untuk larutan dengan konsentrasi tinggi/ larutan pekat, maka akan terjadi perubahan mendadak pada beberapa sifat fisik seperti: tekanan osmosis, turbiditas, daya hantar listrik dan tegangan muka. Surfaktan dan zat aktif permukaan merupakan spesies yang aktif pada antarmuka antara dua fase, seperti antarmuka antara fase hidrofil dan hidrofob.Surfaktan berakumulasi pada antarmuka, dan mengubah tegangan permukaan (Atkins,1997).
Surfaktan (sabun) merupakan salah satu contoh koloid asosiasi. Sabun merupakan molekul organic yang terdiri dari dua kelompok gugus.Gugus pertama, dinamakan liofolik (hidrofob bila medium pendespersinya adalah air) yang berarti benci air dan gugus kedua,dinamakan liofilik (hidrofilik bila medium pendespirsinya air) yang mempunyai arti suka air.Pada sabun, gugus hidrofilik memiliki afinitas yang sangat kuat terhadap medium air, sedangkan gugus hidrofob bergabung dengan gugus hidrofob dari molekul sabun lain membentuk agregat yang dinamakan misel. Misel-misel ini dapat terdiri dari 100 molekul. Gugus-gugus hidrofob akan berkumpul dibagian dalam misel, sedangkan gugus hidrofilik akan berada diluar (Bird, 1993).
Misel adalah kumpulan molekul berukuran koloid, walaupun tidak ada tetesan lemak. Hal ini, disebabkan oleh adanya ekor hidrofobnya cenderung berkumpul, dan kepala hidrofilnya memberikan perlindungan. Dan misel merupakan penggabungan (agregasi dari ion – ion surfaktan), dimana rantai hidrokarbon yang lipofil akan menuju ke bagian dalam misel, meninggalkan gugus hidrofil yang berkontak dengan medium air. Misel hanya terbentuk diatas konsentrasi misel kritis (CMC) dan di atas temperature Kraft (Atkins, 1997).
Bentuk misel yang berukuran koloid termasuk koloid asosiasi. Perubahannya bersifat reversible. Koloid asosiasi ini meliputi :
-                Sabun-sabun
-                Alkil sulfat tinggi
-                Alkil sulfonat tinggi
-                Garam amina tinggi
-                Zat-zat warna tertentu
-                Ester gliserol tinggi
-                Polietilena oksida
Sabun, alkil sulfat, dan alkil sulfonat termasuk micelles anion, garam amina termasuk micelles kation sedang polietilena oksida termasuk micelles non ionic. Kenaikan temperature, menaikkan CMC dan pada temperature tinggi tidak terjadi lagi micelles. Adanya elektrolit, merendahkan CMC. Berat molekul koloid asosiasi pada CMC sudah dapat ditentukan dengan cara light scattering dan berharga 10.000-30.000 gram/mol. Banyak koloid anionic, kationik, dan non ionic merupakan emulgator, detergent dab stabilizer koloid yang baik. Beberapa merupakan stabilizer zat organic dalam air (Sukardjo, 1989)
Pembentukkan misel dapat terjadi pada konsentrasi di atas KKM untuk mengetahui harga KKM yang paling tepat diperlukan tabel entalpi, karena entalpi sangat berkaitan erat dengan KKM. Jika konstanta kesetimbangan k, dan perubahan energi standar = ∆Go, maka untuk miselisasi 1 mol zat pemantap sesuai dengan persamaan :
Pada kkm x = 0 dan ∆G0 = RT ln (kkm)
Sehingga:
Dengan mengintegralkan persamaan diatas diperoleh persamaan:

Membuat  grafik ln (kkm) lawan 1/ T dapat diperoleh harga ∆H0/ R  sebagai  slopenya(Tim Penyusun, 201
1).


BAB 3.  METODOLOGI PERCOBAAN

3 . 1     Alat dan Bahan
            3.1.1. Alat       : - Labu ukur 100 mL
                                      - Labu ukur 1 L
                                      - Gelas beker
                                      - Gelas arloji
                                      - Pipet ukur 1 mL
                                      - Konduktometer
                                      - Tensiometer

            3.1.2. Bahan    : - Gelatin
                                      - Akuades



3.2 Skema Kerja


 


-          Sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam 1 liter aquades
-          Dari larutan tersebut kemudian diambil 42,0; 44,0; 46,0; 48,0 mL
-          Masing-maisng larutan tersebut diencerkan dalam labu ukur 100 mL sampai tanda batas
-         
HASIL
 
Untuk masing-masing larutan diukur daya hantar pada temperatur 30, 34, 36, 38, 40oC.

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan
Data Daya Hantar Listrik Pada Gelatin

30°C
34°C
36°C
38°C
40°
42,0 mL
19,9µS
19,9µS
19,9µS
19,9µS
19,9µS
44,0 mL
19,9µS
19,9µS
19,9µS
19,9µS
19,9µS
46,0 mL
45,2µS
45,0µS
44,7µS
45,4µS
45,5µS
45,0 mL
46,9µS
47,0µS
47,4µS
48,0µS
48,8µS

4.2 Pembahasan

praktikum kali ini akan di bahas mengenai Konsentrasi Kritis Misel(KKM). KKM adalah Konsentrasi dimana misel mulai terbentuk. Pada percobaan kritis misel digunakan alat konduktometer. Alat konduktometer digunakan untuk mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan. Selain itu konduktometer memiliki kegunaan yang lain yaitu mengukur daya hantar listrik yang diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam sebuah larutan. Dengan adanya sifat yang dimiliki oleh konduktometer yang dapat mengukur daya hantar yang dihasilkan larutan koloid tersebut maka konduktometer dapat merubah energi mekanik menjadi energi listrik.  Konduktometer tersusun atas beberapa komponen yaitu konduktor  atau inputnya dan bagian output (menampilkan data yang diperoleh dari input berupa angka). Prinsip kerja konduktometer adalah  bagian konduktor atau yang di celupkan dalam larutan akan menerima rangsang (dari  suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor). Lalu hasil ini diproses dan dilanjutkan pada outputnya yakni berupa angka yang tertera pada layar kaca Konduktometer.
Adapun bahan yang di ginakan dalam percobaan ini adalah Gelatin, gelatin dipilih karena gelatin termasuk dalam surfaktan yang merupakan zat aktif permukaan yang mengandung kedua kelompok hidrofobik (ekor) dan kelompok hidrofilik (kepala). Oleh karena itu, molekul surfaktan berisi air larut (atau komponen minyak larut) dan komponen larut air. Struktur gelatin:


Gelatin sendiri akan terjadi misel jika penggabungan ion dalam gelatin tersebut menjadi satu layaknya proses elektrolisis dimana senyawa-senyawa ion bergerak dan gerak tersebut memiliki energi kinetik yang besar. Fenomena terbentuknya misel dapat dijelaskan di bawah konsentrasi misel, konsentrasi surfaktan yang mengalami adsorpsi pada antar muka bertambah jika konsentrasi surfaktan dinaikkan, titik kkm ada dikarenakan titik dimana baik antar muka maupun dalam cairan jenuh dengan monomer dan jika surfaktan akan dinaikkan maka akan terbentuk suatu misel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah perubahan suhu dan konsentrasi. Semakin  banyak konsentrasi suatu misel dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi ( gerakan molekul semakin cepat). Sehingga semakin sering suatu konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan.
Proses terbentuknya misel yaitu dibawah konsentrasi kritis misel, konsentrasi surfaktan yang mengalami adsorpsi pada antar permukaan bertambah jika konsentrasi surfaktan total dinaikkan. Akhirnya tercapailah suatu titik dimana baik antar muka maupun dalam cairan menjadi jenuh dengan monomer. Keadaan inilah yang disebut dengan Konsentrasi Kritis Misel. Jika surfaktan terus ditambah lagi hingga berlebihan, maka mereka akan beragregasi terus membentuk misel. Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar yang suka air (hidrofilik) dan gugus non polar yang suka minyak (lipofilik) sekaligus, sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan, yang bekerja menurunkan tegangan permukaan cairan, sifat aktif ini diperoleh dari sifat ganda molekulnya. Bagian polar molekulnya dapat bermuatan positif, negatif ataupun netral, bagian polar mempunyai gugus hidroksil semetara bagian non polar biasanya merupakan rantai alkil yang panjang.
Sesuai dengan data yang di peroleh dari percobaan kritis misel dapat digambarkan dengan grafik pada saat suhu pada 30°C seperi dibawah ini :
 Konduktivitas pada suhu 30°C
Berdasarkan grafik di atas dapat di ketahui bahwa terdapat kesalahan, menurut literature dan data dari kelompok sebelumnya seharusnya grafik yang di dapat tidak naik turun namun akan terus naik sedikit demi sedikit berdasarkan kenaikan konsentrasinya        
Karena semakin tinggi konsentrasinya maka semakin tingi pula konduktivitasnya, hal ini dikarenakan pergerakan dari larutan gelatin seperti senyawa elektrolit, yang memiliki energi kinetik  yang  besar untuk mencapai suatu larutan yang koloid.
Konsentrasi awal dari gelatin yaitu sebesar 5,9.10-3 M, sedangkan pada saat pengenceran 42mL didapatkan konsentrasi sebesar 2.5 x 10-3 M, pada pengenceran 44 mL diperoleh  2.6 x 10-3 M, pada pengenceran 46 mL diperoleh 2.7 x 10-3 M dan pada pengenceran sebanyak 48 mL diperoleh konsentrasi sebesar 2.8 x 10-3 M.

Konduktivitas pada suhu 34C
Pada grafik ini juga di dapatkan hasil yang sama dengan grafik sebelumnya begitu pula pada grafik berikutnya yaitu pada konduktivitas 36C,38C dan 40C tidak terdapat kenaikan yang signifikan.


Dari beberapa macam grafik pada masing-masing suhu dapat dicari harga sebuah kkm dimana pada saat suhu 30°C ln kkm yang diperoleh sebesar -257,7, pada saat suhu 34°C nilai ln kkm yang diperoleh sebesar -258, pada saat suhu 36°C diperoleh nilai ln kkm sebesar -260,3, pada suhu 38°C diperoleh nilai ln kkm sebesar –262,1 dan pada saat suhu 40°C nilai ln kkm sebesar -273,1. Sehingga grafik yang diperoleh data antara ln KKM dan 1/T :
∆H = ln (kkm). RTrata-rata
      = - 508,54 x 8.314 x 308.6
      = - 13,04 x 105 J


BAB 5.  PENUTUP
5.1       Kesimpulan

ü Faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah perubahan suhu dan konsentrasi. Semakin  banyak konsentrasi suatu misel dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya
ü KKM adalah Konsentrasi dimana misel mulai terbentuk

5.2       Saran
ü  Praktikan hendaknya harus lebih teliti dalam melakukan percobaan agar hasil yang di dapatkan valid.
ü  Alat yang di gunakan juga sangat berperan penting jadi sebaiknya alat yang sudah lama atau tidak layak pakai tidak di gunakan pada saat praktikum


VOLUME MOLAR GAS


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Volume molar merupakan suatu hal yang penting dalam perhitungan kimia. Volume molar suatu unsur adalah besarnya ruang yang ditempati oleh satu mol itu dalam keadaan STP. Karena untuk mengukur ruang yang ditempati oleh satu mol gas relatif sukar, maka untuk memudahkan pengukuran akan dilakukan dengan menentukan volume sejumlah mol gas agar lebih mudah diukur dengan berat yang dapat ditimbang dan tekanan yang dapat diukur.
Dengan mengetahui volume molar gas, suhu dan menentukan tekanannya, maka volume ruang (wadah gas) dapat dicari. Adapun gas yang ditentukan volume molarnya dalam percobaan kali ini adalah gas Oksigen dan Karbon dioksida. Sepeti kita ketahui bahwa baik oksigen dan karbon dioksida merupakan gas yang dekat dengan kehidupan kita. Kedua gas itu terlibat dalam reaksi pembakaran mengahasilkan energi.
Oleh karena itu untuk mengukur besarnya gas O2 dan CO2 maka dilakukan percobaan ini. Percobaan tentang volume molar gas ini untuk mengukur ruang yang ditempati oleh gas yang relatif sukar agar lebih mudah diukur.


1.2              Tujuan Percobaan
Menentukan vlume satu mol gas O2 dan satu mol gas CO2


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet) Bahan Percobaan
2.1.5 Akuades (air)
1. Identifikasi Umum
a. Sinonim                   : Akuades, air terdemineralisasi (akua demin).
b. Rumus kimia           :  H2O (murni)

2. Komposisi dan informasi bahan
a. Komposisi:
      Nama                                                    CAS #                                           %  Berat
    Air murni                                               7732-18-5                                          100

3. Sifat  fisik dan sifat kimia
a. Wujud                     : cair
b. Bau                          : tidak berbau
c. Rasa                         : -
d. Warna                     : bening tidak berwarna
e. Titik leleh                : minimal 0°C
f. Titik didih                : minimal 100°C (212°F)
g. Densitas uap            : -
h. Tekanan uap            : -
i. Massa jenis               : 1 g /cm³
j. Kelarutan                 :-
k. Indeks bias              : -
l. Temperatur kritis      : -

4. Kestabilan dan Reaktifitas
a. Stabilitas                  : Produk stabil
b. Temperatur instabil : -
b. Instabilitas               : -
c. Inkompatibilitas      : -
d. Korosifitas              : Non-korosif pada kaca

5. Indikasi bahaya dan toksisitas : tidak tersedia

2.1.2 Asam Sulfat
1. Identifikasi Umum
a. Sinonim                   : Minyak Vitriol; Asam Sulfat
b. Rumus molekul       :  H2SO4

2. Komposisi dan informasi bahan
a. Komposisi:
      Nama                                                    CAS #                                    %  Berat
    Asam sulfat                                       7664-93-9                                      95-98

3. Sifat  fisik dan sifat kimia
  1. Wujud                         : Cair (Tebal cair berminyak)
  2. Bau                              : berbau, namun membuat tersedak dan panas.
  3. Rasa                            : rasa asam (kuat).
  4. Berat Molekul             : 98,08 g / mol
  5. Warna                          : Tidak berwarna.
  6. pH (soln 1% / air)        : Asam.
  7. Titik didih                   : 270 ° C (518 ° F) - 340 ºC, terdekomposisi pada 340 ºC
  8. Titik leleh                    : -35 ° C (-31 ° F)
  9. Suhu Kritis                  : Tidak tersedia.
  10. Berat jenis cairan         : 1,84 (Air = 1)
  11. Tekanan uap                : Tidak tersedia.
  12. Kerapatan Uap            : 3.4 (Udara = 1)
  13. Volatilitas                    : Tidak tersedia.
  14. Ambang Bau               : Tidak tersedia.
  15. Ionisitas (dalam Air)   : Tidak tersedia.
  16. Sifat Dispersi              : Lihat kelarutan dalam air.
  17. Kelarutan                    : Mudah larut dalam air dingin. Sulfat larut dalam air dengan ………………………..pembebasan banyak panas. Larut dalam etil alkohol.

4. Kestabilan dan Reaktifitas
  1. Stabilitas: Produk ini stabil.
  2. Ketidakstabilan Suhu: Tidak tersedia.
  3. Kondisi..Instabilitas:
Kondisi untuk Hindari: bahan yang tidak kompatibel, panas berlebih, bahan bahan yang mudah terbakar, bahan organik, paparan lembab dari udara atau air, oksidasi, amine, basa. Selalu tambahkan air asam, tidak sebaliknya.


  1. Ketidakcocokan dengan berbagai zat:
Reaktif dengan oksidasi agen, reduktor, bahan mudah terbakar, bahan organik, logam, asam, alkali, kelembaban.
  1. Korosivitas:
Sangat korosif di hadapan aluminium, tembaga, baja stainless (316). Sangat korosif di hadapan baja stainless(304). Non-korosif terhadap kaca.
Simak
Baca secara fonetik

5. Identifikasi Bahaya
a. Berpotensi dalam menyebabkan efek akut pada kesehatan :
            Berbahaya dalam kasus kontak kulit (korosif, iritan, permeator), kontak mata (iritasi, korosif). Sangat berbahaya apabila menelan atau ataupun menghirup. Cair atau kabut semprotan dapat menghasilkan kerusakan jaringan terutama pada selaput lendir mata, mulut dan saluran pernafasan. Kontak dengan kulit dapat menghasilkan luka bakar. Inhalasi kabut semprotan dapat menghasilkan iritasi parah saluran pernapasan, ditandai dengan batuk, tersedak, atau sesak napas. Efek Parah apabila eksposur berlebihan dapat mengakibatkan kematian. Peradangan mata ditandai dengan kemerahan, berair, dan gatal-gatal. Radang kulit ditandai dengan gatal, mengelupas,.memerah..atau,.kadang-kadang.melepuh.

b. Berpotensi dalam menyebabkan efek kronis pada kesehatan :
Efek karsinogenik : 1 Berbintang oleh IARC, + (Proven.) oleh OSHA (Terbukti untuk manusia.). Baris A2 (dicurigai untuk manusia) oleh ACGIH. Efek mutagenik : Tidak tersedia. Efek teratogenik: Tidak tersedia.Pembangunan toksisitas: Tidak tersedia. Substansi mungkin beracun untuk ginjal, paru-paru, jantung, sistem kardiovaskular, saluran pernapasan bagian atas,mata, gigi. Berulang atau lama terkena zat tersebut dapat menghasilkan kerusakan organ target. Berulang atau kontak yang terlalu lama dengan semprotan kabut dapat menghasilkan iritasi saluran pernapasan dan sering menyebabkan serangan infeksi bronkial. Paparan berulang dapat sangat bahan beracun dengan menghasilkan penurunan kesehatan oleh akumulasi dalam satu atau banyak organ tubuh manusia.

2.1.3 Kalium Klorat
1. Identifikasi Umum
a. Sinonim                   : Potasium klorat
b. Rumus molekul       :  KClO3



2. Komposisi dan informasi bahan
a. Komposisi:
      Nama                                            CAS #                              %  Berat
   Kalium klorat                                       3811-04-9                                      100

3. Sifat  fisik dan sifat kimia
  1. Keadaan fisik dan penampilan: Solid.
  2. Bau                                          : Tidak tersedia.
  3. Rasa                                        : Tidak tersedia.
  4. Berat Molekul                         : 122,55 g / mol
  5. Warna                                      : Tidak tersedia.
  6. pH (soln 1% / air)                    : Tidak tersedia.
  7. Titik didih                               : Tidak tersedia.
  8. Titik leleh                                : 368 ° C (694,4 ° F)
  9. Suhu Kritis                              : Tidak tersedia.
  10. Berat jenis cairan                     : 2,34 (Air = 1)
  11. Tekanan uap                            : Tidak dipakai.
  12. Kepadatan uap                                    : Tidak tersedia.
  13. SimakBaca secara fonetikVolatilitas                                : Tidak tersedia.
  14. Ionisitas (dalam Air)               : Tidak tersedia.
  15. Dispersi Properties                  : Tidak tersedia.
  16. Kelarutan                                : Sangat sedikit larut dalam air dingin.

4. Kestabilan dan Reaktifitas
  1. Stabilitas                                                         : Produk ini stabil.
  2. Ketidakstabilan Suhu                                      : Tidak tersedia.
  3. Kondisi Ketidakstabilan                                 : Tidak tersedia.
  4. Ketidakcocokan dengan berbagai zat             : Sangat reaktif atau tidak cocok dengan ……...reduktor, bahan mudah terbakar, bahan organik.
  5. Korosivitas                                                      : Non-korosif terhadap  kaca.
  6. Keterangan Khusus tentang Reaktivitas         : Tidak tersedia.
  7. Keterangan Khusus tentang korosivitas         : Tidak tersedia.
  8. Polimerisasi                                                     : Tidak

5. Identifikasi Bahaya
a. Berpotensi dalam menyebabkan efek akut pada kesehatan :
            Berbahaya dalam kasus kontak kulit (korosif, iritan), kontak mata (iritan), menelan, inhalasi.  Sangat berbahaya dalam kasus kontak kulit (permeator). Jumlah kerusakan jaringan tergantung pada panjang kontak. Kontak mata dapat mengakibatkan kerusakan kornea atau kebutaan. Kontak kulit dapat menghasilkan peradangan dan rasa panas. Inhalasi debu akan menghasilkan iritasi untuk saluran gastro-intestinal atau pernapasan, ditandai dengan rasa terbakar, bersin dan batuk. Eksposur berlebihan yang parah dapat menghasilkan kerusakan paru-paru, tersedak, pingsan atau kematian. Paparan berkepanjangan dapat mengakibatkan kulit terbakar dan tetkelupas. Terlalu eksposur melalui inhalasi dapat menyebabkan iritasi pernapasan. Radang mata ditandai dengan kemerahan, pengairan, dan gatal. Radang kulit ditandai dengan gatal,.mengelupas,.memerah,.atau,.kadang-kadang.melepuh.
b. Berpotensi dalam menyebabkan efek kronis pada kesehatan :
            Efek-efek karsinogenik: tidak tersedia. Mutagenik : tidak tersedia. Efek teratogenik: Tidak tersedia. Pembangunan toksisitas: Tidak tersedia. Substansi adalah racun bagi darah, ginjal, paru-paru, sistem saraf, hati, selaput lendir. Berulang atau kontak yang terlalu lama dengan zat tersebut dapat menghasilkan kerusakan organ target. Paparan berkali-kali pada mata oleh debu dapat menghasilkan iritasi mata. Paparan berulang kulit dapat menghasilkan kerusakan kulit lokal, atau dermatitis. Inhalasi berulang terhadap debu dapat menghasilkan berbagai gejala
iritasi pernapasan atau kerusakan paru-paru, serta iritasi pernapasan kronis.

2.1.4 Natrium Karbonat
1. Identifikasi Umum
a. Sinonim                   : Dinatrium karbonat monohidrat, Soda Kue, Sodium Karbonat.
b. Rumus molekul       : Na2CO3.H20

2. Komposisi dan informasi bahan
a. Komposisi:
      Nama                                            CAS #                                    %  Berat
   Sodium karbonat monohidrat               5968-11-6                                     100

3. Sifat  fisik dan sifat kimia
  1. Keadaan fisik dan penampilan: Solid (granular padat)
  2. Bau                                          : berbau.
  3. Rasa                                        : Tidak tersedia.
  4. Molekul Berat                         : 124 g / mol
  5. Warna                                      : Putih.
  6. Kepadatan uap                                    : Tidak tersedia.
  7. Titik didih                               : Tidak tersedia
  8. Titik leleh                                : Tidak tersedia.
  9. Suhu Kritis                              : Tidak tersedia.
  10. Berat jenis cairan                     : Kepadatan: 2,25 (Air = 1)
  11. Tekanan uap                            : Tidak dipakai.
  12. Kepadatan uap                                    : Tidak tersedia.
  13. Volatilitas                                : Tidak tersedia.
  14. Ambang Bau                           : Tidak tersedia.
  15. Ionisitas (dalam Air)               : Tidak tersedia.
  16. Sifat Dispersi                          : Lihat kelarutan dalam air.
  17. Kelarutan                                :
Larut dalam air panas. Sebagian larut dalam air dingin. Larut dalam 3 bagian air dingin. Larut dalam 1,8 bagian air mendidih. Larut dalam alkohol. Larut dalam 7 bagian gliserol.
SimakBaca secara fonetik
4. Kestabilan dan Reaktifitas
  1. Stabilitas                                                         : Produk ini stabil.
  2. Ketidakstabilan Suhu                                      : Tidak tersedia.
  3. Kondisi Ketidakstabilan                                 : Bahan yang tidak kompatibel, kelembaban
  4. Ketidakcocokan dengan berbagai zat             : Reaktif dengan asam. Sedikit reaktif untuk ……….reaktif dengan kelembaban.
  5. Korosivitas                                                      : Non-korosif terhadap  kaca.
  6. Keterangan Khusus tentang Reaktivitas         : Higroskopis; menjaga wadah tertutup ……….rapat. Tidak kompatibel dengan aluminium dan fluorin. Mengering agak di ……….hangat, udara kering ataudiatas 50 C dan menjadi anhidrat pada 100 C.
  7. Keterangan Khusus tentang korosivitas         : Tidak tersedia.
  8. Polimerisasi                                                     : Tidak

5. Identifikasi Bahaya
a. Berpotensi dalam menyebabkan efek akut pada kesehatan :
            Berbahaya dalam kasus kontak kulit (korosif, iritan), kontak mata (iritan), menelan, inhalasi.  Korosif terhadap mata dan kulit. Jumlah kerusakan jaringan tergantung pada lamanya kontak. Kontak mata bisa mengakibatkan kerusakan kornea atau kebutaan. Kontak kulit dapat menghasilkan peradangan dan terbakar. Terpapar belebihan dapat menghasilkan kerusakan paru-paru,.tersedak,.pingsan.atau.kematian.
b. Berpotensi dalam menyebabkan efek kronis pada kesehatan :
            Efek-efek karsinogenik: tidak tersedia. Mutagenik : tidak tersedia. Efek teratogenik: tidak tersedia. Pembangunan toksisitas: tidak tersedia. Substansi mungkin beracun untuk lapisan bagian atas pernapasan, saluran pernapasan, dan mata. Paparan berulang atau lama dengan substansi dapat menghasilkan kerusakan organ target. Paparan berkali-kali pada mata ke tingkat rendah debu dapat menghasilkan iritasi mata. Paparan berulang kulit dapat menghasilkan kerusakan kulit lokal, atau dermatitis. Inhalasi berulang debu dapat menghasilkan dampak yang berbeda-beda misalnya iritasi pernafasan atau kerusakan paru-paru.
2.2 Metode dan Dasar Teori yang Digunakan
Gas terdiri dari molekul-molekul yang jaraknya saling berjauhan sehingga gaya tarik menariknya sangat lemah. Gaya tarik yang lemah mengakibatkan molekul-molekul gas bebas bergerak ke segala arah. Molekul-molekul gas itu bergerak sangat cepat dan terus bertumbukan satu sama lain dan juga dengan dinding wadahnya. Adanya tumbukan ini menghasilkan tekanan. Molekul-molekul gas cepat sekali berdifusi atau bercampur satu dengan yang lain. Jika beberapa macam gas yang tidak saling bereaksi ditempatkan dalam wadah yang sama maka gas-gas tersebut akan segera bercampur sehingga membentuk campuran yang homogen. Hal ini karena di antar molekul gas terdapat ruang kosong sehingga molekul itu dapat bebas bergerak dan hanya sedikit yang mengalami rintangan. Berbeda dengan cairan atau zat padat, gas tidak mempunyai bentuk dan volume tertentu. Gas mudah sekali dimampatkan dan dikembangkan serta dapat mengisi semua bagian ruangan yang ditempatinya. Dapat dikatakan bahwa volume gas adalah volume wadahnya. Banyaknya gas biasanya ditetapkan dengan cara mengukur volumenya. Namun karena volume gas berubah-ubah tergantung tekanan dan suhu, kedua faktor tersebut juga harus diukur (Atkins, 1990: 172-173).
    Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.
1.                  Gas bersifat transparan.
2.                  Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
3.                  Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4.                  Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi, volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi tak hingga kecilnya.
5.                  Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6.                  Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7.                  Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan mengembang.
8.                  Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut
Untuk menghitung tekanan gas dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Pgas         = Ptotal – PH2O (1 - r)
Ptotal       = Pbar – C
Ptotal     = tekanan terkoreksi barometer
Pbar       = tekanan barometer terbaca   
C         = koreksi barometer
PH2O     = tekanan parsial H2O (lihat dalam tabel untuk temperatur percobaan)
r           = kelembaban relatif (untuk air = 0,8)
Pgas       = tekanan gas sesungguhnya
Dengan menganggap gas memenuhi hukum-hukum gas ideal, maka dapat dihitung volume molar pada keadaan STP.
P0 V0 ­/ T0 = PV/T      atau     V0 = (PV/T) x (T0 / P0) V0
Dimana :
V0          = volume gas keadaan STP
P0         = tekanan gas keadaan STP (1 atm)
T0         = temperatur absolut ( 00 C = 273,15 K)
P          = Tekanan gas pada temperatur percobaan
T          = Temperatur percobaan
V         = volume percobaan
(Tim kimia fisika, 2011 : 8)
            Volume molar dengan  simbol V m,  adalah volume yang ditempati oleh satu mol zat pada suatu temperatur dan tekanan. Ini sama dengan massa molar (M) dibagi dengan massa jenis (ρ). meskipun sifatnya lebih praktis untuk menggunakan unit decimetres kubik per mol (dm 3 / mol) untuk gas dan sentimeter kubik per mol (cm 3 / mol ) untuk cairan dan padatan. Volume molar suatu zat dapat ditemukan dengan mengukur kepadatan massa kemudian menerapkan hubungan
Untuk mengukur volume molar suatu gas dilakukan dengan menentukan volume sejumlah mol gas agar lebih mudah diukur dengan berat yang dapat ditimbang dan tekanan yang dapat diukur. Dengan mengandaikan gas yang akan diukur bersifat ideal maka persamaan yang menghubungkan jumlah mol gas, tekanan, suhu dan volume adalah:
PV =  nRT
Hukum gas ideal, PV = nRT, memberikan gambaran yang akurat perilaku gas nyata pada tekanan rendah dan pada suhu yang tinggi relatif terhadap titik didih. Hukum gas ideal didasarkan pada asumsi bahwa molekul-molekul tidak mengalami gaya antarmolekul dan bahwa molekul-molekul tidak menempati volume. Asumsi ini berlaku pada tekanan rendah dan temperatur tinggi karena di bawah kondisi ini kerapatan molekul rendah. Molekul yang terlalu jauh untuk "merasa" kekuatan menarik yang diberikan oleh molekul lain. Lebih jauh lagi, karena molekul-molekul terpisah jauh, volume yang ditempati oleh molekul dapat diabaikan dibandingkan dengan total volume yang ditempati oleh gas (Sukardjo, 1997 : 1) .
BAB 3.  METODOLOGI PERCOBAAN

3.1       Alat dan Bahan
3.1.1 Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
·         Erlenmeyer
·         Termometer
·         Statif
·         Buret berskala 1-50 cc
·         Neraca
·         Barometer

3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
·         KClO3
·         Na2CO3
·         H2SO4





3.2       Skema Kerja
3.2.1    Untuk KClO3 yang dipanaskan
KClO3
 
 
-          Ditimbang 0,1 hingga 0,15 gram ( untuk produk gas O2)
-          Dimasukkan KClO3 ke dalam Erlenmeyer
-          Dipasang lengkap alat seperti gambar
-          Diamati kondisi setimbang permukaan air dalam buret
-          Dipanaskan pelan-pelan KClO3 dalam Erlenmeyer
-          Dicatat volume O2 yang tertampung
-          Dicatat temperature dan tekanan barometer saat percobaan dilakukan
-          Dilepas alat setelah selesai bereaksi
-          Diulangi percobaan hingga diperoleh data tiga kali serta diambil harga rata-rata volume gas O2 yang dilepaskan
-         


Hasil
 
 







3.2.2    Skema Reaksi Na2CO3 dengan H2SO4


Na2CO3
 
 
-          Ditimbang 0,1 gram dan ditempatkan di dalam Erlenmeyer
-          Ditimbang kuvet dan ditempatkan 3mL H2SO4 pekat dalam kuvet dan ditempatkan dalam Erlenmeyer (jangan direaksikan dulu)
-          Dipasang alat yang lengkap
-          Digoyang-goyangkan pelan-pelan Erlenmeyer hingga kedua reaktan bereaksi sempurna dicatat volume gas CO2 yang dihasilkan
-          Dicatat temperature dan tekanan  barometer saat percobaan dilakukan
-         
Hasil
 
Diulangi percobaan tiga kali hingga diperoleh harga rata-rata volume gas CO2              







3.2.3        Gambar Alat

Keterangan :
A.    Buret berskala 1-50 cc
B.     Statif
C.     Selang penghubung
D.    Tempat zat yang berisi reaktan A
E.     Erlenmeyer yang berisi reaktan B



 
BAB 4. HASIL dan PEMBAHASAN

4.1            Hasil Pengamatan
Pemanasan KCLO3
Percobaan
Massa(gr)
T (oC)
Volum O2 (mL)
h (cm)
P (
1
0,129
31,5
0,3
0,3
29,4 Pa
2
0,138
31
0,1
0,1
9,8 Pa
3
0,122
30
0,1
0,1
9,8 Pa




 Reaksi Na2CO3 dengan H2SO4
Percobaan
Massa(gr)
T (oC)
Volum O2 (mL)
h (cm)
P (
1
0,110
26
0,6
0,6
58,8 Pa
2
0,106
27
0,2
0,2
19,6 Pa








4.2       Pembahasan
Gas memiliki gaya tarik menarik antar molekul sangat kecil, susunannya sangat tidak teratur letaknya, saling berjauhan dan bergerak sangat bebas, sehingga bila tidak terdapat dalam wadah tumbukan antar molekulnya menjadi semakin kecil dan menyebabkan tekanan pada gas semakin kecil di luar wadah. Selain volume V yang ditempati dan jumlah zatnya (jumlah mol, n) sifat dasar untuk mempelajari gas adalah tekanan P dan temperaturnya T.
Tekanan suatu sampel gas dalam sebuah wadah diukur dengan manometer yang berupa pipa U yang diisi dengan sejumlah cairan yang tidak mudah menguap pada percobaan ini cairan yang di pakai adalah air. Tekanan gas sebanding dengan perbedaan tinggi cairan pada kedua kolom (ditambahkan dengan tekanan luar jika satu pipa terbuka terhadap atmosfer). Tekanan gas pada volume tetap dapat digunakan untuk membuat skala temperatur yang hampir tidak bergantung pada identitas gas. Lebih jauh lagi, keseragaman yang dekat ini menjadi tepat sewaktu rapatan gas berkurang sampai nol.
Pada praktikum kali ini di lakukan dua kali percobaan bagaimana  cara menentukan volume molar gas berdasarkan prinsip dari persamaaan gas ideal dengan menggunakan instrumen pipa kapiler yang berisi cairan. Adapun gas yang dicari volume molarnya dalam percobaan kali ini yaitu gas CO2 dan gas O2.
Pada percobaan pertama yaitu mengukur volume gas O2 yaitu dengan cara memanaskan Kristal KClO3 yang sebelumnya di masukkan ke dalam sebuah Erlenmeyer yang telah di hubungkan  dengan pipa kapiler bentuk U berskala (digunakan buret sebagai kapiler berskala yang dihubungkan dengan kapiler tak berskala) yang berisi cairan dalam kondisi sistem tertutup. Ketika Erlenmeyer di panaskan maka akan menghasilkan gas O2 yang tekanannya akan mendorong cairan yang terdapat dalam pipa kapiler bentuk U tersebut, maka besar pergeseran atau volume cairan tersebut yang dapat di asumsikan sebagai volume dari gas O2 tersebut.
Adapun reaksinya sebagai berikut :
2 KClO3 → 3 O2 ↑ + 2 KCl
Pada percobaan ini dilakukan tiga kali pengulangan, pada pengulangan pertama yaitu dengan memanaskan 0,129gr KClO3 dengan suhu sebesar 31,5 oC di dapatkan volume gas O2 sebesar 0,3 mL, dan pada pengulangan ke dua dengan memanaskan 0,138gr KClO3 dengan suhu sebesar 31 oC didapatkan volume gas O2 sebesar 0,1 mL, dan pada pengulangan yang terakhir yaitu pada pengulangan ke tiga dengan memanaskan 0,122gr KClO3 dengan suhu sebesar 30 oC maka di dapatkan volume gas O2 sebesar 0,1gr

Pada percobaan ke dua yaitu mereaksikan Na2CO3  dengan H2SO4 untuk menghasilkan gas CO2, pada reaksi ini  prinsip pengukuran volumenya sama seperti  pada penentuan volume gas O2  diatas. Adapun reaksinya sebagai berikut :
            Na2CO3 + H2SO4 → Na2SO4 + H2O + CO2
Pengukuran volume CO2 dalam percobaan ini kurang efektif dan efisien karena kesalahan dari tidak rapatnya sumbat (secara keseluruhan sistem)
mengakibatkan ada gas hasil reaksi yang lolos selama pengukuran. Hal tersebut tentu berlaku baik pada percobaan dalam penentuan volume gas O2 maupun CO2
pada percobaan yang ke dua ini di lakukan dua kali pengulangan, pada pengulangan pertama yaitu 0,1gr Na2CO3 dan 3mL H2SO4 pekat maka di dapatkan volume CO2 sebesar 0,6mL dan pada pengulangan ke dua di dapatkan volume CO2 sebesar 0,2mL

BAB 5. KESIMPULAN

5.1       Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
·         Gas O2 dapat ditentukan volume molarnya melalui percobaan pemanasan KClO3
·         Gas CO2 dapat ditentukan volume molarnya melalui percobaan :
Na2CO3    +    H2SO4       Na2SO4   +      H2O     +   CO2
·         Semakin lama pemanasan yang dilakukan dan semakin tinggi suhu yang dihasikan maka volume  yang dihasilkan semakin besar

5.2       Saran
·         Penguasaan praktikan terhadap materi sebelum melakukan  praktikum sangat penting agar tidak terjadi kesalahan.
·         Praktikan di harapkan untuk lebih teliti lagi pada saat melakukan percobaan